KENAPA AKU MENJADI SEPERTI INI ?

         Seorang wanita sedang didakwa pada suatu pengadilan kriminal dengan tuduhan penghasil dan penggunaan narkoba tingkat tinggi, menghilangkan nyawa beberapa orang yang ditabraknya dengan mobilnya ketika ia sedang dalam pengejaran polisi dalam proses penangkapannya ketika proses penggeledahan sarang narkoba tsb dilakukan team penyerbu dari polisi. Ternyata dia juga adalah buron karena telah membunuh banyak orang dan dicurigai juga telah membunuh beberapa orang yang telah dihabisi hartanya dengan cara yang sangat licik dan membunuh orang-orang yang telah memberikan pinjaman uang kepadanya. Dia juga dicurigai sebagai kepala mavia dari beberapa geng yang sangat ditakuti banyak orang, bahkan polisi sekalipun, karena anggota mereka juga terkenal menguasai ilmu bela diri yang mematikan dengan tangan kosong dan semua anggota mereka diperlengkapi dengan senjata-senjata yang mematikan, baik berupa senjata tradisional maupun modern, bahkan sampai ilmu kebatinan berupa ilmu hitam yang mematikan, perpaduan senjata tradisional dan modern yang sangat menakutkan siapapun. Wanita ini dicurigai mempunyai IQ yang cukup tinggi dan kemampuan yang luar biasa memimpin anggotanya.

          Ketika ia membacakan pledoy pembelaannya ia memulainya dengan judul : KENAPA AKU MENJADI SEPERTI INI? Dengan dingin dan sangat tegas ia mulai membacakan isi dari pledoy tersebut.

          Aku tidak bisa memahami kenapa aku harus dilahirkan ketengah-tengah dunia ini dan siapa sebenarnya yang menginginkan kelahiranku itu. Aku juga tidak tahu siapa sebenarnya orangtuaku walaupun aku tahu bahawa aku telah dibesarkan oleh dua mahluk yang katanya orang berpendidikan dan beragama yang kupanggil selama ini Papa dan Mama. Si papa itu selalu dipanggil rohaniawan oleh banyak orang dan si Mama itu selalu dipanggil dokter dan sangat ditakuti oleh para pasien yang diobatinya yang katanya para pasien itu adalah semuanya orang-orang gila, orang-orang sinting, orang-orang depresi atau orang-orang yang berpenyakit jiwa dan rohani.

          Setiap hari kami akan menghabiskan waktu beberapa menit untuk melakukan ritual pagi atau malam hari yang sulit kumengerti dan mereka sebut namanya “Saat Teduh”. Seringkali saat melakukan ritual itu mereka menangis ketika mereka mengucapkan kata-kata yang mereka sebut “berdoa”, dan sesaat setelah acara ritual itu selesai mereka seringkali saling memaki dan seringkali saling memukul seperti pasien si Mama. Ketika mereka saling memukul si Papa-lah yang menang dan akan merasa puas, lalu si Mama akan menangis tersedu-sedu seperti yang sering dilakukan beberapa pasien si Mama. Setiap hari kegiatan mereka seringkali akan diawali dengan saling memaki dan saling memukul. Bahkan kegiatan-kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan urusan gereja pun mereka awali dengan pertengkaran yang saling memaki. Dan dipastikan si Mama pastilah menangis dan si Papa akan tersenyum puas.

          Mereka adalah orang-orang yang mampu membeli apa saja yang mereka inginkan dan sebelum mereka membeli barang-barang itu mereka terlebih dahulu akan saling memaki dan saling memukul. Lagi-lagi si Mama akan menangis lagi dan si Papa tersenyum menikmati aktifiatas rutin mereka itu.

          Di tengah malampun aku pernah terbangun jika acara saling maki dan memukul itu mereka lakukan dan sering kutemui mereka berdua dalam keadaan setengah telanjang. Mungkin baru selesai making love.




Mereka seperti kucing dan anjing peliharaan kami.

          Ketika aku masih kecil hal itu adalah biasa bagiku, dan aku berlaku sama seperti mereka terhadap orang-orang disekitarku. Aku selalu kecewa dan bingung karena orang-orang itu akan marah kepadaku dan tidak mau berteman dengan aku. Dan setelah aku mulai mengerti beberapa hal melalui cerita-cerita dan kejadian-kejadian yang aku tonton di televisi, aku menjadi tambah bingung karena ada dua jenis Papa dan Mama. Ada yang mirip seperti mereka dan banyak yang tidak seperti mereka.

          Dan ketika aku mulai memasuki sekolah, aku tidak mempunyai teman seorangpun karena mereka selalu ku maki dan kupukul. Dan ibu guru selalu memanggilku dan seringkali mereka berkata; “Aneh, bagaimana mungkin anak seorang rohaniawan dan seorang dokter bisa seperti ini?, kok rasanya edan sekali seperti dunia mau kiamat saja.” Dan si Mama seringkali datang ke ruangan kepala sekolahku setelah dia menerima surat dari sekolah yang dititpkan kepadaku.

          Karena guru-guruku selalu mengatakan tidak boleh memaki dan memukul orang lain apalagi teman-temanku dan karena sebenarnya aku ingin sekali mempunyai teman, maka hari-hari berikutnya, aku mencoba meniru si Papa dan Mama yang tidak seperti si Papa dan Mama ku yaitu yang tidak pernah memaki dan memukul. Tetapi aku seringkali gagal untuk melakukannya dan jika gagal maka aku akan menjadi kecewa dan marah sekali. Ketika aku menceritakan hal ini kepada si Mama ku, dia hanya bisa menangis seperti orang-orang gila dan sinting yang diobatinya itu. Jika demikian aku akan semakin kecewa dan semakin marah, lalu akau akan memaki dan memukul si Mama ku seperti yang biasa kulakukan dari kecil kepada si Mama dan si Papa ku. Seperti biasa, selesai melakukan itu aku terasa puas dan lalu tersenyum dan seringkali tertawa terbahak-bahak.

          Supaya bisa mempunyai teman aku terus berusaha untuk tidak memaki dan memukul mereka. Tetapi seringkali aku gagal dan gagal lagi. Akhirnya aku memilih untuk tidak mau pergi lagi kesekolah, walupun setiap hari si Papa akan memaki dan memukul aku seperti yang biasa kami lakukan setiap hari.

          Beberapa kali si Papa memindahkan aku dari satu sekolah ke sekolah lain, tetapi akhirnya akan berujung sama, aku tidak mau pergi ke sekolah dan kami akan saling maki dan memukul.

          Setiap hari si Mama sering memaksa aku memakan obat, katanya supaya aku bisa bersekolah dan mempunyai teman. Sehabis makan obat mersa mengantuk dan tertidur dan setelah bangun aku bisa untuk tidak memaki dan memukul. Tetapi beberapa lama kemudian aku memaki dan memukul lagi dan si Mama akan memaksaku memakan obat itu. Akhirnya aku memilih memakan obat itu lebih sering dari yang biasanaya tanpa sepengetahuan si Mama, karena aku sebenarnya ingin pergi ke sekolah dan mempunyai teman.

Akhirnya aku berhasil mempunyai teman, tapi seringkali dalam banyanganku aku memaki dan memukul mereka. Dan jika itu terjadi maka aku akan segera menelan obat si Mama itu. Jika aku tidak mendapatkan obat itu, maka aku akan kembali memaki dan memukul orang-orang-orang di sekitarku dan aku sering berurusan dengan para sekuriti dan polisi. Si Mama inilah yang selalu mengeluarkan aku dari kantor polisi. Akhirnya aku mulai menyadari bahwa orang-orang kebanyakan tidak suka ku maki dan kupukul dan aku bisa melakukan itu kalau aku makan obat itu. Tetapi yang membuat aku bingung lagi adalah walaupun aku memakan obat itu, kalau aku kecewa dan marah, maka aku pasti akan memaki dan memukul orang yang mengecewakan aku itu atau jika keinginanku tidak terpenuhi. Maka lagi-lagi aku akan berurusan dengan polisi dan lagi-lagi si Mama akan mengeluarkan aku dari kantor polisi.

          Akhirnya aku memilih hanya berteman dengan orang-orang yang mirip seperti aku, yaitu orang-orang yang suka memaki dan memukul dan bagi kami memaki dan memukul itu adalah hal biasa. Suatu hari salah seorang temanku itu melihat aku memakan obat, dan dia bertanya tentang obat itu, lalu aku menceritakan obat itu. Dia meminta untuk mencobanya dan aku dengan senang hati berbagi dengannya. Katanya; “Not bad, tapi kurang ampuh!” Nanti kami berikan obat yang lebih baik jika kau mau bergabung dengan geng kami,” katanya menawarkan kepadku. Tentu aku senang sekali karena merasa beruntung menemukan teman-temanku ini dan aku memenuhi undangan mereka untuk menjadi anggota geng mereka. Hari pertama aku bergabung geng ini, aku disambut dengan pesta besar-besaran yang mereka sebut acara luar biasa penerimaan anggota baru dan ini membuat aku sangat senang sekali, dan mereka pun sangat senang sekali. Pada acara itu aku diminta meminum suatu pil bersama-sama dengan mereka sebagai tanda bahwa aku resmi menjadi anggota geng itu. Pil itu adalh obat yang dijanjikan salah seorang dari mereka ketika aku berbagi obatku kepadanya. Mereka menawarkan apakah aku bersedia menjalani kontest pemilihan ratu yang baru dari geng itu. Tentu dengan senang hati aku menerimanya karena aku ingin seperti si Papa yang menjadi raja di rumah kami. Kata mereka kontest ini, untuk melihat apakah anggota baru itu adalah yang terbaik diantara mereka. Dan jika anggota baru itu berhasil memenagkan kontest ini, maka dia berhak menjadi ratu yang baru menggantikan ratu yang lama. Kontest dilakukan dengan acara saling memaki untuk memancing kemarahan ratu yang lama. Aku saja segera menerima tantangan ini karena inilah keahlianku, bagaimana tidak aku dilahirkan dan dibesarkan dengan cara seperti tiu. Aku berhasil memancing kemarah ratu yang lama dan kami berkelahi saling memukul. Aku memang berhasil memenangkan kontest itu dan saat itu juga mereka menobatkan aku menjadi ratu mereka yang baru.  Tentu aku sangat senang sekali karena dalam hari yang sama aku mendapatkan dua keuntungan; mendapatkan teman yang banyak pada geng yang baru itu dan sukses menjadi ratu pemimpin seperti si Papa yang menjadi raja di rumah kami atau seperti raja singa.



          Waktu berlalu dengan kesukseksan yang luar biasa bagiku, karena aku semakin banyak mempunyai teman karena dibawah pimpinanku dalam waktu singkat kami berhasil merekrut banyak anggota baru, bahkan para lelaki. Dan semua mereka tidak ada yang bisa mengalahkan aku, sehingga aku tetap menjadi ratu mereka dan menurut mereka sepanjang sejarah geng itu sampai sekarang akulah yah terbaik, karena lebih baik dari angota-anggota lelaki. Dan mereka sangat senang dan bangga menjadi anggota geng itu karena menurut mereka geng ini sudah menemukan pemimpin terbaik di dunia. Akupun bangga sekali dan mulai menyusun program yang lebih menantang dan agresif. Setiap orang diberi target yang lebih besar dalam merekrut anggota baru dan setiap kepala group mempunyai program baru dan target baru yaitu mendapatkan uang sebanyak-banyaknya dari luar geng dengan cara apapun untuk bisa membeli lebih banyak lagi pil ajaib itu. Dan target akhirnya adalah menyatukan geng-geng lain yang satu model dengan geng kami dengan target akhir memproduksi pil ajaib itu dan memasarkannya ke mana saja untuk dapat merekrut lebih banyak lagi anggota baru. Akupun harus berusaha keras mempertahankan kedudukanku sebagai ratu dengan cara apapun. Dan memang aku mempunyai prestasi yang luar biasa, bahkan dari hari ke hari aku menjadi semakin ahli dan semakin ditakuti sekaligus dibanggakan anggota geng yang semakin besar itu, karena kami sudah berhasil memproduksi dan mendistribusikan pil ajaib itu dengan jumlah dan kecepatan yang luar biasa. Prestasi luarbiasa yang cukup membanggakan; kami juga berhasil mempersenjatai setiap anggota geng dengan ilmu bela diri tangan kosong dan ilmu kebatinan yang mematikan, juga penggunaan perangkat senjata tadisional yang dipadukan dengan senjata modern.

          Ditengah-tengah pembacaan pledoy ini si wanita itu sesekali mempraktekkan beberapa teknik ilmu bela diri tangan kosong yang memang luar biasa. Ditambah lagi penunjukan senjata-senjata yang digunakan dan jumlah narkoba yang berhasil disita oleh polisi. Semua ini membuat para hakim dan jaksa penuntut serta orang-orang yang menghadiri persidangan itu, goyang-goyang kepala dan sekaligus menangguk-anggukkan kepala (gimana caranya ya ?). Persidangan ini disiarkan oleh banyak televisi ternama karena memang sudah menjadi berita terbesar sepanjang sejarah mavia narkoba tingkat tinggi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini.

          Singkat cerita (karena pledoynya sebenarnya masih sangat panjang, mudah-mudah di lain waktu saya lanjutkan ceritanya), dia juga menyempatkan diri menawarkan hadiah yang luar biasa bagi siapa saja yang bisa membebaskannya dari penjara. Kalau lelaki dijadikan suaminya, jika wanita diangkatnya menjadi saudara sedarahnya ditambah uang dengan jumlah yang sangat besar. Karena dia sudah menyiapkan uang tsb di suatu tempat tersembunyi yang menurutnya tidak mungkin ditemukan oleh siapapun. Luar biasa !

         
          Dituliskan oleh Leonard Sinaga karena pergumulannya berdasarkan kejadian aktual pada satu keluarga. Dia sedang bergumul dan mendoakan keluarga ini, saat cerita ini ditulisnya, wanita tsb masih merupakan seorang bayi yang manis sekali.  Cerita ini adalah refleksi dan proyeksi imannya jika si bayi mungil yang manis tsb telah menjadi wanita dewasa, jika keluarga ini tidak bertobat.

Begitu banyak orang yang menghabiskan umurnya, uang, tenaga dan pikiran serta mengorbankan segala sesuatu untuk menuntut ilmu sehingga menjadi kelihatan sangat pintar, bahkan berusaha dengan sangat keras untuk mempelajari dan meneliti siapa Allah serta berani menyatakan bahwa mereka telah mengerti benar siapa Allah yang sesungguhnya.

Ironisnya ketika masalah menerpa, mereka dilumpuhkan oleh ketakutan, kecemasan, kesombongan mereka sendiri dan ketika godaan mengelilingi mereka, mereka gagal dan akhirnya menyia-nyiakan hidupnya karena ternyata mereka mengandalkan kekuatan mereka sendiri dan tidak mempunyai IMAN dan HIKMAT yang sesungguhnya, mreka melupakan bahkan mengingkari kasih karunia Allah kepada mereka selama ini.

Karakter, sifat dan kebiasaan seorang anak adalah 95% fotokopi dari karakter, sifat dan kebiasaan orangtua yang membesarkan mereka atau orang yang yang berada pada lingkungan mereka, karena anak akan meniru dan meneladani orangtua. Pepatah mengatakan; “Like son like father, like daughter like mother. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.” Orang batak bilang; “Dang dao tubis sian bonana, mol dao i allang babi”. Jadi bagi orangtua berhati-hatilah !

Orangtua yang bermasalah akan menambah jumlah anak-anak atau manusia bermasalah yang akan menambah kerusakan dunia ini. Pada refleksi di atas si anak ingin sekali berbuat baik, tetapi gagal karena dia dibesarkan pada lingkungan keluarga yang rusak. Karena itu, suka atau tidak suka, langsung atau tidak langsung orang tua bertanggung jawab atas pertumbuhan jiwa, rohani dan karakter anak yang menyebabkan kebaikan atau kerusakan dunia ini.

Bagi anak yang sudah dewasa diharapkan agar tidak menjadikan cerita ini menjadi alasan dan menjadikan orangtuanya sebagai kambing hitam. Karena manusia dewasa harus bertanggung jawab atas tindakannya tanpa alasan apapun. Manusia dewasa bertanggung jawab memperbaiki dan mengembangkan hidupnya menjadi lebih baik, walaupun dia dibesarkan dalam lingkungan yang sangat buruk sekalipun. Memang sungguh sulit dan berat bagi orang-orang yang dibesarkan pada lingkungan yang rusak, tetapi percaya dan peganglah janji Allah yang telah mengirimkan Roh Kudus untuk mengajar, menolong, menguatkan dan menghibur serta menyertai orang-orang yang bersandar kepadaNYA.

No comments:

Post a Comment