JANGAN TERBUAI DENGAN KESUKSESAN


Suatu hari seorang jenderal di lapangan meminta waktu untuk berbicara kepada Napoleon. Napoleon tahu apa yang akan terjadi. Sebagaimana setiap pemimpin yang baik, Napoleon bersedia untuk mendengarnya. Sang jenderal membawa berita kemenangan yang telah ia terima. Ia menghabiskan waktu yang diberikan dengan membicarakan keberhasilannya serinci-rincinya.

Napoleon mendengar dengan tekun seluruh kisah itu, tetapi ia tidak berkata sepatah katapun. Jenderal itu kecewa. Ia mengharapkan suatu tanggapan penuh semangat, sebagaimana sanjungan-sanjungan yang diberikannya kepada Napoleon. Tetapi hal itu tak kunjung datang.

Mempersingkat kisahnya, sang jenderal mengulangi banyak hal yang ia telah kemukakan. Ketika jenderal itu berbicara bertele-tele, Napoleon terus mendengar dengan sopan, dan sang jenderal menafsirkan ini sebagai sesuatu yang membesarkan hati. “Pasti”, pikirnya, “Napoleon akan memberikan kepadaku pujian yang sepantasnya”.

Ketika jenderal itu akhirnya menyelesaikan pembicaraannya, Napoleon menanyakan kepadanya satu pertanyaan, “Apa yang akan Anda lakukan hari berikutnya?”

Sang jenderal tidak berkata sepatah kata pun. Sejak saat itu, jenderal itu mengerti bahwa ia seharusnya tidak boleh terbuai dengan kesuksesan-kesuksesannya. Maka ia membiarkan orang lain untuk memberikan pujian itu, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tugas yang lebih besar lagi untuk mencegah kegagalan dan kehancuran dan tetap siaga untuk menghadapi hal yang paling buruk sekalipun. Kata-kata bijaknya dalam bahasa Inggeris : We have to be ready for the most wonderful success and be prepared for the worst.

Disadur dari cerita Brian Cavanaugh.

Menarik sekali bahwa dalam semua sisi kehidupan ini, banyak orang yang begitu terbuai dengan kesuksesan dan pujian sehingga mempunyai optimisme yang berlebihan dan keliru. Tetapi mereka lupa dengan hal-hal yang sangat mendasar seperti pengertian akan kasih karunia; bahwa sumber keberhasilan itu adalah Allah yang Maha Kuasa, bahwa kesuksesan itu bisa terjadi juga disebabkan banyaknya kontribusi orang lain di dalamnya, sehingga mereka tidak mempunyai kerendahan hati, tidak bersikap adil, tidak peduli terhadap orang kecil, terpinggirkan serta tergeletak di pinggir jalan dan melupakan kejujuran, sehingga akhirnya mereka menuai kehancuran dan kebinasaan karena kesuksesan mereka itu umurnya hanya sebentar dan optimisme berlebihan yang mereka pegang adalah keliru karena fundasi keberhasilan dan optimis mereka itu tidak mempunyai fundasi yang kuat dan benar. Mereka persis seperti istana atau bangunan tinggi dengan fundasi yang sangat lemah.

No comments:

Post a Comment