APA YANG PALING PENTING UNTUK DIKETAHUI ?


          Seorang cendikiawan yang sedang melakukan penelitian di tengah hutan sedang melakukan perjalanan menyelusuri sebuah sungai yang besar dengan sampan yang didayung oleh seorang petani. Dalam perjalanan itu si cendikiawan bertanya kepada petani itu apa yang ia ketahui tentang matahari, bulan dan bintang serta pengaruhnya terhadap lautan dan sungai. Petani itu menjawab; “Wah, saya tidak mempunyai idea sama sekali tentang semua itu. Yang saya ketahui adalah bahwa Allah telah menciptakan semuanya dengan keindahannya masing-masing dan IA mengatur perputarannya dan arusnya masing-masing.”

          Kemudian cendikiawan itu menjawab; “ Sobat, engkau telah menyia-nyiakan seperempat dari hidupmu.”

          Beberapa saat kemudian cendikiawan itu bertanya lagi kepada petani yang sedang bekerja keras itu; “Apa yang engkau ketahui tentang para presiden kita, istri dan anak-anak mereka?”

          “Tidak sedikitpun.” jawabnya. “Saya tidak peduli sedikitpun tentang mereka. Mereka diangkat dan diganti, tetapi Allah tetap sama, dan IA baik kepadaku.”

          “Baiklah”, kata cendikiawan itu. “engkau telah menyia-nyiakan setengah hidupmu.”

          Cendikiawan itu melanjutkan beberapa pertanyaan lagi; “Tahukah engkau siapa Allah itu dan bagaimana IA bekerja?”

          “Wah pertanyaan tuan lebih sulit lagi nih. Saya tidak mempunyai idea sama sekali. Saya hanya tahu bahwa Allah itu ada dan IA menuntun segala sesuatu dengan penuh kasih. Maka saya menyerahkan segala sesuatu ke dalam tanganNYA dan tidur dengan nyenyak di malam hari.”

          “Sahabatku! Engkau sungguh telah menyia-nyiakan tiga perempat hidupmu!” seru orang berilmu dan pintar itu.

          Tidak lama kemudian badai datang menerpa sungai itu dan membuat sampan itu terombang-ambing seperti gabus yang terapung. Cendikiawan itu sangat ketakutan akan kehilangan hidupnya. Kali ini giliran petani itu mangajukan pertanyaan; “Apa yang begitu mencemaskanmu? Engkau tidak dapat berenang?”

          “Tidak bisa, saya tidak pernah belajar berenang”, ujar sang guru terengah-engah dengan wajah yang pucat pasi.

          “Jika demikian sahabatku, engkau telah menyia-nyiakan seluruh hidupmu!”, seru petani itu dengan rasa iba yang begitu mendalam.

Disadur dari cerita : Willi Hoffsuemmer.

Begitu banyak orang yang menghabiskan umurnya, uang, tenaga dan pikiran serta mengorbankan segala sesuatu untuk menuntut ilmu sehingga menjadi kelihatan sangat pintar, bahkan berusaha dengan sangat keras untuk mempelajari dan meneliti siapa Allah serta berani menyatakan bahwa mereka telah mengerti benar siapa Allah yang sesungguhnya. Ironisnya ketika masalah menerpa, mereka dilumpuhkan oleh ketakutan dan kecemasan mereka sendiri dan ketika godaan mengelilingi mereka akhirnya mereka menyia-nyiakan hidupnya karena ternyata mereka tidak mempunyai IMAN dan HIKMAT.

No comments:

Post a Comment